Kamis, 31 Juli 2008

Cara Mengatasi Rooting Loops

Untuk Mengatasi Routing Loop Digunakan beberapa metode antara lain :
  • Split horizon digunakan RIP untuk meminimalkan efek bouncing. Prinsip yang digunakan split horizon sederhana: jika node A menyampaikan datagram ke tujuan X melalui node B, maka bagi B tidak masuk akal untuk mencapai tujuan X melalui A. Jadi, A tidak perlu memberitahu B bahwa X dapat dicapai B melalui A.
  • Untuk mencegah kasus menghitung-sampai-tak-hingga, RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing loop terjadi.
  • Holddown timer adalah interval tertentu dalam detik yang berlaku untuk semua interface router yang menyatakan bahwa suatu route tidak dapat dicapai.
  • poisonnus reverse, yaitu router tetap mmberikan informasi mengenai suatu router kepada sumber, tetapi memberikan nilai tidak terhingga. Dengan poisonous reverse, router-router tetap dapat mengetahui bahwa suatu jaringan ada.

RIP mempunyai default update setiap 30 detik. Disamping itu RIP juga mempunyai beberapa jenis timer lainnya yang juga

perlu diketahui sebagai berikut:

• Invalid timer adalah waktu dalam detik dimana suatu route dinyatakan tidak

berfungsi (invalid)

• Holddown timer adalah interval tertentu dalam detik yang berlaku untuk semua

interface router yang menyatakan bahwa suatu route tidak dapat dicapai.

• Flash timer adalah waktu dalam detik dimana suatu route akan dihapus dari tabel

routing.

Contoh:
Router A bertetangga dengan router B dan C. Terdapat router J yang berjarak lima metrik dengan B dan enam metrik dengan C. A yang mendapat informasi mengenai J dari B dan C akan mencatat bahwa untuk mencapai router J, membutuhkan enam lompatan jika melewati B dan tujuh lompatan jika melewati C. Jadi jika ada paket dengan tujuan J, A akan melewatkannya ke B.

Setiap router saling bertukar catatan setiap selang waktu tertentu. Jika jumlah lompatan lebih dari 16, router akan menganggap jaraknya tak hingga dan memilih router default jika ditentukan.

Terbatasnya jumlah hop adalah salah satu kelemahan sistem RIP. Kelemahan yang lain, informasi routing disampaikan secara broadcast sehingga membebani jaringan karena host nonrouter juga dikirimi, namun sudah diperbaharui pada versi dua dengan kemampuan multicast.

Karena bentuk informasi routing yang demikian, adakalanya informasi yang disampaikan dua router tidak sama sehingga menimbulkan routing loop. Contoh routing loop, router A menganggap untuk mencapai router C adalah melewati router B, tetapi router juga menganggap untuk mencapai router C adalah melewati router A. Proses terjadinya routing loop misalnya seperti ini:

Router A, B, dan C saling bertetangga sehingga catatan pada router A dan B untuk mencapai router C:


Router A
ke C : 1
ke C lewat B : 2
Router B
ke C : 1
ke C lewat A: 2


Pada suatu saat, router C mati dan router A mengetahui lebih dahulu daripada router B sehingga catatan untuk router C pada router A dihapus. Sesudah itu terjadi pengiriman data routing dari B yang belum tahu bahwa router C mati sehingga pada router A tercatat kembali “ke C lewat B : 3 (2+1)”. Sesudah itu router B baru menyadari bahwa router C mati dan menghapus data router C namun kemudian datang info routing dari A bahwa “A ke C : 3” sehingga di B terdapat catatan “ke C lewat A : 4”. Router A kembali menyadari bahwa C mati namun kemudian mendapat informasi routing dari B sehingga catatan untuk C muncul kembali, yaitu “ke C lewat B : 5”.
Hal ini kan terjadi terus menerus sampai nilai lompatan mencapai 16.

Untuk menghindari hal semacam ini, router dipaksa menyampaikan informasi routing begitu ada perubahan dan tidak menunggu waktu yang telah dijadualkan (triggered update). Selain itu juga digunakan sistem split horizon. Contoh penerapan split horizon :
Router A dan C dihubungkan oleh router B. router B menyampaikan informasi ke A bahwa jaraknya ke C adalah satu dan menyampaikan ke C bahwa jaraknya ke A adalah satu. Sehingga pada A, jarak ke C adalah dua melalui B dan pada C, jarak ke A adalah dua melalui B. Dengan split horizon, router A tidak akan menyampaikan informasi ke B mengenai router C pula dengan C, tidak akan menyampaikan informasi ke B mengenai A.

Jadi pada split horizon, router tidak akan akan mengirim informasi mengenai suatu router kepada router pemberi informasi. Split horizon di atas adalah split horizon normal. Terdapat juga split horizon dengan poisonnus reverse, yaitu router tetap mmberikan informasi mengenai suatu router kepada sumber, tetapi memberikan nilai tidak terhingga. Dengan poisonous reverse, router-router tetap dapat mengetahui bahwa suatu jaringan ada.

Autonomous System

Sebuah kumpulan network di bawah administrasi bersama yang berbagi metodelogi routing yang sama. Autonomous system dibagi lagi menjadi area-area dan harus diberikan sebuah nomor 16 bit tunggal oleh IANA.



• Suatu autonomous system adalah region dari Internet yang diatur (administered) oleh satu entitas



• Contoh dari autonomous region adalah:

– Jaringan kampus ITB

– Jaringan backbone MCI

– Internet Service Provider Regional



• Routing dilaksanakan secara berbeda dalam autonomous system (intradomain routing) dan antara autonomous system (interdomain routing)



Interdomain dan Intradomain Routing

Intradomain Routing

• Routing di dalam suatu AS

• Mengabaikan Internet di luar AS

• Protokol untuk Intradomain routing juga disebut Interior Gateway Protocol atau IGP

• Protokol yang populer

– RIP (sederhana, lama)

– OSPF (lebih baik)

Interdomain Routing

• Routing antara AS

• Mengasumsikan Internet terdiri dari sekumpulan interkoneksi AS

• Normalnya, ada satu dedicated router pd tiap AS yg menangani trafik interdomain

• Protokol utk interdomain routing disebut Exterior Gateway Protocol atau EGP

• Protokol routing:

– EGP

– BGP (lebih baru)



ASBR

descr i ption:

Autonomous System Boundary Router. Sebuah router area border yang ditempatkan di antara sebuah autonomous system OSPF dan sebuah network non OSPF yang bekerja dengan OSPF dan protocol routing tambahan, seperti RIP. ASBR harus ditempatkan disebuah area OSPF yang non stub.

* Autonomous System Boundary Router (ASBR)
Sekelompok router yang membentuk jaringan yang masih berada dalam satu hak administrasi, satu kepemilikan, satu kepentingan, dan dikonfigurasi menggunakan policy yang sama, dalam dunia jaringan komunikasi data sering disebut dengan istilah Autonomous System (AS). Biasanya dalam satu AS, router-router di dalamnya dapat bebas berkomunikasi dan memberikan informasi. Umumnya, routing protocol yang digunakan untuk bertukar informasi routing adalah sama pada semua router di dalamnya. Jika menggunakan OSPF, maka semuanya tentu juga menggunakan OSPF.

Namun, ada kasus-kasus di mana sebuah segmen jaringan tidak memungkinkan untuk menggunakan OSPF sebagai routing protokolnya. Misalkan kemampuan router yang tidak memadai, atau kekurangan sumber daya manusia yang paham akan OSPF, dan banyak lagi. Oleh sebab itu, untuk segmen ini digunakanlah routing protocol IGP (Interior Gateway Protocol) lain seperti misalnya RIP. Karena menggunakan routing protocol lain, maka oleh jaringan OSPF segmen jaringan ini dianggap sebagai AS lain.

Untuk melayani kepentingan ini, OSPF sudah menyiapkan satu tipe router yang memiliki kemampuan ini. OSPF mengategorikan router yang menjalankan dua routing protokol di dalamnya, yaitu OSPF dengan routing protokol IGP lainnya seperti misalnya RIP, IGRP, EIGRP, dan IS-IS, kemudian keduanya dapat saling bertukar informasi routing, disebut sebagai Autonomous System Border Router (ASBR).

Router ASBR dapat diletakkan di mana saja dalam jaringan, namun yang pasti router tersebut haruslah menjadi anggota dari Area 0-nya OSPF. Hal ini dikarenakan data yang meninggalkan jaringan OSPF juga dianggap sebagai meninggalkan sebuah area. Karena adanya peraturan OSPF yang mengharuskan setiap area terkoneksi ke backbone area, maka ASBR harus diletakkan di dalam backbone area.